Guru-guru pada sekolah unggul memiliki keberuntungan karena input
calon siswa yang telah terseleksi dengan ketat. Calon siswa berbakat
diseleksi secara acak. Namun demikian siswa yang terseleksi tidak selalu
menunjukkan potensinya sesuai dengan harapan. Bahkan, jika harapan guru-guru
terlampau tinggi dalam kenyataan dapat berdampak negatif terhadap perkembangan
siswa. Jika guru kurang berhati-hati dalam mengukur potensi awal keputusannya
bisa salah.
Siswa yang mendapat tantangan di luar kemampuannya akan menghadapi
beban berlebih dan ketidaknyamanan secara emosional, psikologi, maupun
intelektual.
Oleh karena itu guru pada sekolah unggul biasanya sangat
berhati-hati menghagai siswa, membebani harapan yang tinggi, memfasilitasi
untuk berkembang secara intelektual, sosial, maupun emosional agar tidak salah
hitung. Pengembangannya dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh
dari pemantauan berkelanjutan.
Perhatian guru diberikan pula secara merata kepada siswa yang
mendapat kesulitan belajar. Sebaliknya dari beberapa pengalaman bahwa cara guru
memandang rendah terhadap siswa atau berasumsi terlalu rendah maka secara nyata
akan menghambat perkembangan potensi siswa.
Harapan tinggi sekolah unggul direalisasikan dengan berbagai
indikator berikut:
- Mengembangkan keyakinan siswa dan guru dapat berprestasi tinggi.
- Memberikan pelayanan belajar dengan semangat tinggi.
- Menetapkan target mutu melebihi standar.
- Mengembangkan daya insiatif merespon peluang.
- Menghargai prilaku yang memenuhi harapan dengan penghargaan yang variatif.
- Mengembangkan peluang belajar dari banyak pengalaman
- Mengembangkan respon verbal dalam interaksi sehari-hari sebagai pengakuan atas prestasi yang dicapai.
Menurut hasil penelitian Sara Lawrence menyatakan jika guru dalam
satu sekolah memiliki semangat untuk selalu meningkatkan kinerjanya, maka yang
mementik keuntungan tidak hanya siswa yang eksis, namun juga sekolahnya.
Refleksi:
Banyak sekolah yang memiliki sumber daya sama namun tidak berhaasil
mewujudkan keunggulannya. Salah satu faktor penyebabnya adalah sikap pesimistis
warga sekolah bahwa mereka dapat berprestasi. Semangat memberikan pelayanan
belajar sekedarnya. Menetapkan target, mengembangkan respon terhadap peluang
dan komunikasi verbal sangat terbatas karena penyelenggaraan pendidikan hanya
untuk memenuhi kewajiban formal yang sekedarnya.
Kesimpulan:
Keyakinan dapat berprestasi, mengembangkan
pelayanan belajar dengan semangat tinggi untuk meraih target yang selalu
tertingkatkan merupakan modal penting agar daya inisiatif sekolah berkembang
untuk mendapatkan keunggulan komparatif dan kompetitif dengan sekolah sejenis.Sumber: gurupembaharu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar